Pesta demokrasi
di beberapa daerah telah dimulai, tak lama lagi, di daerah-daerah lain di
seluruh Indonesia pun juga akan melaksanakan pemilihan pemimpin daerah
masing-masing. Para calon pemimpin pun sudah bersiap dengan segala atributnya
untuk menyambut pesta demokrasi.
Hanya saja, setiap
usai pesta demokrasi yang telah menghabiskan banyak biaya dan dana, hinggi kini
belum satu pun pemimpin di negeri ini yang kita dapatkan bisa menjadi contoh
dan suri tauladan banyak orang.
Sesungguhnya, rakyat senantiasa memimpikan pemimpin-pemimpin baik yang berkarakter al-Alaq (yang tercemin dalan QS: Al-Alaq 1-5), yaitu pemimpin yang mampu menganalisis apa yang diperlukan dan apa yang tidak diperlukan oleh rakyat (analisis SWOT). Kedua, pemimpin yang berkarakter al-Qalam (tercermin dalam QS: Al-Qalam: 1-7) yaitu pemimpin yang cerdas, selalu berkarya dan memiliki budi pekerti yang baik. Ketiga, pemimpin yang berkarakter al-Muzammil (tercermin dalam QS: Al-Muzammil: 1-10), yaitu pemimpin yang mempu meningkatkatkan spiritualitas rakyatnya. Keempat, pemimpin yang berkarakter al-Mudatsir (tercermin dalam isi QS: al-Mudatsir), yaitu pemimpin yang senantiasa memberi peringatan, demi tegaknya visi “wa robbaka fakabbir” (tegaknya syariat Islam).
Belajar dari khalifah Umar bin Abdul Aziz dan Al-Fatih
Adalah khalifah Umar bin Abdul Aziz, sosok pemimpin yang adil, arif dan berilmu. Banyak kisah teladan yang beliau tinggalkan bagi para peniti kebenaran. Suatu hari datanglah seorang utusan dari salah satu daerah kepada beliau. Utusan itu, sampai dihadapan Umar bin Abdul Aziz ketika hari menjelang malam. Setelah sampai, utusan itupun disambut oleh seorang penjaga dan berkata, “sampaikan kepada Amirul Mu’minin bahwa yang datang adalah utusan gubernurnya. Penjaga itu masuk untuk memberitahu khalifah yangakan beranjak tidur.
Sesungguhnya, rakyat senantiasa memimpikan pemimpin-pemimpin baik yang berkarakter al-Alaq (yang tercemin dalan QS: Al-Alaq 1-5), yaitu pemimpin yang mampu menganalisis apa yang diperlukan dan apa yang tidak diperlukan oleh rakyat (analisis SWOT). Kedua, pemimpin yang berkarakter al-Qalam (tercermin dalam QS: Al-Qalam: 1-7) yaitu pemimpin yang cerdas, selalu berkarya dan memiliki budi pekerti yang baik. Ketiga, pemimpin yang berkarakter al-Muzammil (tercermin dalam QS: Al-Muzammil: 1-10), yaitu pemimpin yang mempu meningkatkatkan spiritualitas rakyatnya. Keempat, pemimpin yang berkarakter al-Mudatsir (tercermin dalam isi QS: al-Mudatsir), yaitu pemimpin yang senantiasa memberi peringatan, demi tegaknya visi “wa robbaka fakabbir” (tegaknya syariat Islam).
Belajar dari khalifah Umar bin Abdul Aziz dan Al-Fatih
Adalah khalifah Umar bin Abdul Aziz, sosok pemimpin yang adil, arif dan berilmu. Banyak kisah teladan yang beliau tinggalkan bagi para peniti kebenaran. Suatu hari datanglah seorang utusan dari salah satu daerah kepada beliau. Utusan itu, sampai dihadapan Umar bin Abdul Aziz ketika hari menjelang malam. Setelah sampai, utusan itupun disambut oleh seorang penjaga dan berkata, “sampaikan kepada Amirul Mu’minin bahwa yang datang adalah utusan gubernurnya. Penjaga itu masuk untuk memberitahu khalifah yangakan beranjak tidur.
Umar pun kemudian
duduk dan berkata, “Ijinkan dia masuk.” Beliu memerintahkan untuk menyalakan
lilin yang besar. Umar bertanya kepada utusan itu tentang keadaan penduduk kota
dan umat Muslim di sana, bagaimana prilaku gubernur, bagaimana harga-harga,
bagaimana dengan anak-anak, orang-orang muhajirin dan anshor, para ibnu sabil,
orang-orang miskin. “Apakah hak mereka sudah dipenuhi? Apakan ada yang
mengadukan?” Utusan itupun menyampaikan segala yang ia ketahui tentang kota
kepada Umar bin Abdul Aziz. Tak ada satupun yang disembunyikannya semua
pertanyaan Umar, dijawab lengkap oleh utusan itu.
Ketika semua pertanyaan Umar selesai dijawab maka utusan itupun kembali bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, bagaimana keadaan dirimu? Badanmu? Bagaimana keluargamu, pegawaimu, dan semua orang yang menjadi tanggunganmu?” Umar pun serta merta meniup lilin kemudian berkata, “Wahai pelayan, nyalakan lampunya.” Kemudian dinyalakanlah lilin yang berukuran kecil yang hampir tidak bisa menerangi ruangan karena cahayanya teramat kecil.
Ketika semua pertanyaan Umar selesai dijawab maka utusan itupun kembali bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, bagaimana keadaan dirimu? Badanmu? Bagaimana keluargamu, pegawaimu, dan semua orang yang menjadi tanggunganmu?” Umar pun serta merta meniup lilin kemudian berkata, “Wahai pelayan, nyalakan lampunya.” Kemudian dinyalakanlah lilin yang berukuran kecil yang hampir tidak bisa menerangi ruangan karena cahayanya teramat kecil.
Akhirnya Umar
memberitahukan tentang dirinya, isterinya, dan anak-anaknya. Rupanya utusan itu
tertarik dengan tindakan yang dilakukan Umar saat mematikan lilin.
Dia bertanya, “Ya
Amirul Mukminin, aku melihatmu melakukan sesuatu yang belum pernah anda
lakukan.” Umar menimpali, “Apa itu?” “Engkau mematikan lilin saat aku
menanyakan keadaanmu dan keluargamu.” Umar berkata, “Wahai hamba Allah, lilin
yang kumatikanitu adalah harta Allah, harta kaum Muslimin ketika kau bertanya
tentang urusan mereka, maka klilin itu dinyalakan demi kemaslahatan mereka.
Begitu kau membelokkan pembicaraan tentang keluarga dan keadaanku, maka akupun
mematikan lilin kaum Muslimin.”
Begitu besar
kesungguhan Umar dalam menjaga harta kaum Muslimin, sangat berbeda dengan
mayoritas penguasa yang ada di Indonesia saat ini.
Lain Umar bin Abdul Aziz Lain juga Al-Fatih, dari sisi keshalihannya, Muhammad Al-Fatih disebutkan tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud dan shalat rawatib sejak baligh hingga wafat. Dan kedekatannya kepada Allah ditularkan kepada tentaranya.
Tentara Sultan Muhammad Al-Fatih, tidak pernah meninggalkan sholat wajib, dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan sholat tahajjud sejak baligh.
Karena prestasinya menaklukkan konstantinopel, Muhammad kemudian mendapat gelar Al-Fatih yang artinya sang pembebas. Namun orang Barat menyebutnya “the conqueror” (sang penakluk).
Lain Umar bin Abdul Aziz Lain juga Al-Fatih, dari sisi keshalihannya, Muhammad Al-Fatih disebutkan tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud dan shalat rawatib sejak baligh hingga wafat. Dan kedekatannya kepada Allah ditularkan kepada tentaranya.
Tentara Sultan Muhammad Al-Fatih, tidak pernah meninggalkan sholat wajib, dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan sholat tahajjud sejak baligh.
Karena prestasinya menaklukkan konstantinopel, Muhammad kemudian mendapat gelar Al-Fatih yang artinya sang pembebas. Namun orang Barat menyebutnya “the conqueror” (sang penakluk).
Al-Fatih merupakan
sosok yang jago berperang dan pandai berkuda. Ada yang mengatakan bahwa
sebagian hidupnya dihabiskan diatas kudanya. Menariknya, meski Al-Fatih
memiliki kedudukan tertinggi dalam pemerintahan, namun karena keahliannya dalam
strategi perang, hampir seluruh perjalanan jihad tentaranya, dipimpin secara
langsung.
Selain sebagai ahli
perang, dan punya peran besar dalam perluasan wilayah Islam, Al-Fatih juga alhi
dalam hal ketatanegaraan, baik secara fisik, maupun birokrasi dan hukum.
Kehebatannya dalam menata Negara hingga menjadi Negara yang sangat maju telah
diakui oleh banyak ilmuwan. Bahkan secara serius Al-Fatih banyak melakukan
perbaikan dibidang perekonomian dan pendidikan. Dalam kepempinannya, Istanbul
dalam waktu singkat disamping sebagai Bandar ekonomi yang sukses, juga menjadi
pusat pemerintahan yang sangat indah dan maju.
Al-Fatih juga
dikenal sebagai pakar dialam bidang ketentaraan, sains, matematika dan telah
menguasai 6 bahasa sejak umuur 21 tahun. Seorang pemimpin yang hebat namun
tawadhu’.
Pemimpin Berkarakter
Nyamuk
Allah berfirman;
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحْيِي أَن يَضْرِبَ مَثَلاً مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُواْ فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُواْ فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَـذَا مَثَلاً يُضِلُّ بِهِ كَثِيراً وَيَهْدِي بِهِ كَثِيراً وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاَّ الْفَاسِقِينَ
Allah berfirman;
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحْيِي أَن يَضْرِبَ مَثَلاً مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُواْ فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُواْ فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَـذَا مَثَلاً يُضِلُّ بِهِ كَثِيراً وَيَهْدِي بِهِ كَثِيراً وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاَّ الْفَاسِقِينَ
“Sungguh Allah tak
segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih dari itu. Maka adapun
orang yang beriman, mereka yakin bahwa (perumpamaan) itu (adalah) kebenaran
(yang berasal) dari Tuhan mereka, tapi orang kafir mengatakan: apa yang Allah
kehendaki dengan perumpamaan ini? Dia (Allah) menyesatkan dengan (perumpamaan)
itu (kepada) banyak orang. Dan tiadalah yang disesatkan Allah kecuali orang
yang fasik.” [QS: Al-Baqarah ayat 26]
Nyamuk merupakan serangga pengganggu yang tak disukai. Nyamuk serangga penghisap darah yang jika lapar, maka ia akan terbang kesana kemari sambil mengeluarkan suara yang sangat menganggu. Tetapi begitu kenyang setelah menghisap darah, maka ia hanya diam tak bersuara dengan perut membuncit yang penuh dengan darah yang telah ia hisap sambil menunggu ajalnya tiba.
Seperti halnya mayoritas pemimpin yang ada saat ini yang lebih parah dari nyamuk.
Nyamuk merupakan serangga pengganggu yang tak disukai. Nyamuk serangga penghisap darah yang jika lapar, maka ia akan terbang kesana kemari sambil mengeluarkan suara yang sangat menganggu. Tetapi begitu kenyang setelah menghisap darah, maka ia hanya diam tak bersuara dengan perut membuncit yang penuh dengan darah yang telah ia hisap sambil menunggu ajalnya tiba.
Seperti halnya mayoritas pemimpin yang ada saat ini yang lebih parah dari nyamuk.
Ketika kampanye, ia
berkeliling kesana kemari mengumbar janji tetapi setelah terpilih dan perutnya
telah kenyang, ia hanya diam dan tak mempedulikan rakyatnya yang menemui
ajalnya karena kelaparan.
Sungguh sangat
berbeda dengan Umar bin Abdul Aziz yang sangat menjaga harta dan senantiasa
peduli kepada rakyatnya. Di mana kita bisa temukan pemimpin seperti Umar bin
Abdul Aziz atau Al- Fatih di Indonesia ini?
Untuk itu wahai bangsa Indonesia, jangan memilih pemimpin berkarakter nyamuk yang hanya bisa menyusahkan rakyat.*/Aditiya, Ketua Forum Pelajar Islam Menulis (FORPIM) Depok
Untuk itu wahai bangsa Indonesia, jangan memilih pemimpin berkarakter nyamuk yang hanya bisa menyusahkan rakyat.*/Aditiya, Ketua Forum Pelajar Islam Menulis (FORPIM) Depok
0 komentar:
Posting Komentar